Indonesia adalah
negara yang kaya dengan budaya. Dari
beragam tempat dapat ditemukan budaya yang berbeda - beda pula. Menurut
catatan Indonesia.travel, ada sekitar 350 etnis sulu dengan 483 bahasa yang
mendiami kepulauan Indonesia. Dari beragam budaya yang ada di Indonesia
pastinya mempunyai beberapa cirri khas yang sangat dikenal oleh masyarakat.
Mulai dari suku sunda yang terkenal dengan tari jaipong dan alat music
angklung, suku medan yang terkenal dengan tari tor-tor, suku bali yang terkenal
dengan tari pendet dan baju tradisionalnya dan masih banyak lagi. Tapi apakah
kalian tahu bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia sebenarnya ada
percampuran dari kebudayaan yang ada di luar negeri.
Apakah kalian tahu seniaman
Benjamin Suep? Benjamin S (sapaan akrabnya) adalah seorang seniman betawi yang
sangat terkenal dari dulu hingga sekarang, beliau sangat bangga dan selalu
melestarikan kesenian betawi yang memang merupakan suku atau etnis asli dari
Jakarta. Namun dengan seiringnya perkembangaan jaman keseniaan betawi semakin
jarang terlihat, tapi untungnya para seniman betawi yang terkenal di Indonesia
tidaklah lupa untuk melestarikan kesenian. Mereka sangatlah gencar menampilkan
ataupun memperkenalkan kesenian betawi mulai dari pembukaan sangar-sangar
betawi, seminar ataupun pentas seni lenong dan sebagainya. Sebenarnya dibalik
banyaknya kesenian betawi ada sesuatu yang tidak diketahui oleh masyarakat
Indonesia yaitu bahwa beberapa kesenian yang di betawi merupakan percampuran
dari berbagai kesenian yang berada di luar negri. Percampuran dua kebudayaan
atau lebih yang tanpa menghilangkan kebudayaan asli ini di sebut sebagai
akulturasi.
Sebenarnya bagaimanakah
cara penyebaran akulturasi di Indonesia? Penyebaran akulturasi di
Indonesia lebih banyak karena faktor para pedagang dan saudagar-saudagar yang
singgah di Indonesia, apalagi pada saat itu Batavia (nama Indonesia sebelumnya)
dijajah oleh beberapa Negara. Bagaimanakah kebudayaan Betawi bisa ter-akulturasi
oleh kebudayaan yang lain? DKI Jakarta
adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab,
Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga
banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan
mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu
kebudayaan Betawi. Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang
Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses
panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan
Betawi.
Kebudayaan betawi yang
terakulturasi bisa kita lihat dari baju adat pernikahan betawi yang sering
disebut dandanan care haji dan dandanan care none pengantin cine. Dandanan care
haji merupakan pakaian adat pernikahan betawi yang biasa dipakai oleh kaum
laki-laki, cirri khas dari pakain ini yaitu jubbah dan penutup kepala yang
mirip dengan baju haji di arab. Sedangkan pakaian adat perempuan betawi
mempunyai ciri khas blus bergaya Cina yang terbuat dari bahan satin berwarna
cerah dipadukan dengan bawahan berupa rok model putrid duyung berwarna
gelap (hitam atau merah hati) atau disebut dengan nama Kun. Sebagai pelengkap
kepala ditambahkan penggunaan sanggul palsu yang dihiasi dengan kembang goyang
motif burung hong, bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir, serta pemakaian
cadar di bagian wajah seperti pakaian adat di sumatera barat.
Jadi dapat kita simpulkan
bahwa beberapa kebudayaan di Indonesia bukan merupakan hasil murni karya kita
sendiri, kebudayaan yang ada sekarang ada beberapa yang tercampur oleh
kebudayaan beberapa Negara. Tapi akulturasi yang kita peroleh memberikan dampak
yang baik (positf) karena bisa memberikan sebuah cirri khas tersendiri dan
keindahan estetika yang berbeda dari kebudayaan yang ada diluar negeri.
Setidaknya sebagai generasi muda bisa menjaga kebudayaan yang sudah dengan
susah payah oleh para leluhur kita dijaga dan dilestarikan, supaya ragam
keindahan kebudayaan Indonesia bisa dilihat hingga generasi yang selanjutnya
dan bukan hanya sebagai omongan atau sejarah saja.
Indonesia adalah
negara yang kaya dengan budaya. Dari
beragam tempat dapat ditemukan budaya yang berbeda - beda pula. Menurut
catatan Indonesia.travel, ada sekitar 350 etnis sulu dengan 483 bahasa yang
mendiami kepulauan Indonesia. Dari beragam budaya yang ada di Indonesia
pastinya mempunyai beberapa cirri khas yang sangat dikenal oleh masyarakat.
Mulai dari suku sunda yang terkenal dengan tari jaipong dan alat music
angklung, suku medan yang terkenal dengan tari tor-tor, suku bali yang terkenal
dengan tari pendet dan baju tradisionalnya dan masih banyak lagi. Tapi apakah
kalian tahu bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia sebenarnya ada
percampuran dari kebudayaan yang ada di luar negeri.
Apakah kalian tahu seniaman
Benjamin Suep? Benjamin S (sapaan akrabnya) adalah seorang seniman betawi yang
sangat terkenal dari dulu hingga sekarang, beliau sangat bangga dan selalu
melestarikan kesenian betawi yang memang merupakan suku atau etnis asli dari
Jakarta. Namun dengan seiringnya perkembangaan jaman keseniaan betawi semakin
jarang terlihat, tapi untungnya para seniman betawi yang terkenal di Indonesia
tidaklah lupa untuk melestarikan kesenian. Mereka sangatlah gencar menampilkan
ataupun memperkenalkan kesenian betawi mulai dari pembukaan sangar-sangar
betawi, seminar ataupun pentas seni lenong dan sebagainya. Sebenarnya dibalik
banyaknya kesenian betawi ada sesuatu yang tidak diketahui oleh masyarakat
Indonesia yaitu bahwa beberapa kesenian yang di betawi merupakan percampuran
dari berbagai kesenian yang berada di luar negri. Percampuran dua kebudayaan
atau lebih yang tanpa menghilangkan kebudayaan asli ini di sebut sebagai
akulturasi.
Sebenarnya bagaimanakah
cara penyebaran akulturasi di Indonesia? Penyebaran akulturasi di
Indonesia lebih banyak karena faktor para pedagang dan saudagar-saudagar yang
singgah di Indonesia, apalagi pada saat itu Batavia (nama Indonesia sebelumnya)
dijajah oleh beberapa Negara. Bagaimanakah kebudayaan Betawi bisa ter-akulturasi
oleh kebudayaan yang lain? DKI Jakarta
adalah kota industri, dimana banyak saudagar-saudagar dari luar seperti Arab,
Portugis, Cina, Arab yang berdagang di Jakarta. Masyarakat luar Jakarta juga
banyak yang berdagang di Jakarta seperti Bali, Madura, Jawa, Sunda. Keberadaan
mereka yang secara langsung bersentuhan menciptakan kebudayaan baru yaitu
kebudayaan Betawi. Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang diberikan orang
Belanda pada masa penjajahan. Keberadaan masyarakat Betawi merupakan proses
panjang dari pembauran masyarakat di DKI Jakarta sehingga lahir kebudayaan
Betawi.
Kebudayaan betawi yang
terakulturasi bisa kita lihat dari baju adat pernikahan betawi yang sering
disebut dandanan care haji dan dandanan care none pengantin cine. Dandanan care
haji merupakan pakaian adat pernikahan betawi yang biasa dipakai oleh kaum
laki-laki, cirri khas dari pakain ini yaitu jubbah dan penutup kepala yang
mirip dengan baju haji di arab. Sedangkan pakaian adat perempuan betawi
mempunyai ciri khas blus bergaya Cina yang terbuat dari bahan satin berwarna
cerah dipadukan dengan bawahan berupa rok model putrid duyung berwarna
gelap (hitam atau merah hati) atau disebut dengan nama Kun. Sebagai pelengkap
kepala ditambahkan penggunaan sanggul palsu yang dihiasi dengan kembang goyang
motif burung hong, bunga melati yang dibentuk roonje dan sisir, serta pemakaian
cadar di bagian wajah seperti pakaian adat di sumatera barat.
Jadi dapat kita simpulkan
bahwa beberapa kebudayaan di Indonesia bukan merupakan hasil murni karya kita
sendiri, kebudayaan yang ada sekarang ada beberapa yang tercampur oleh
kebudayaan beberapa Negara. Tapi akulturasi yang kita peroleh memberikan dampak
yang baik (positf) karena bisa memberikan sebuah cirri khas tersendiri dan
keindahan estetika yang berbeda dari kebudayaan yang ada diluar negeri.
Setidaknya sebagai generasi muda bisa menjaga kebudayaan yang sudah dengan
susah payah oleh para leluhur kita dijaga dan dilestarikan, supaya ragam
keindahan kebudayaan Indonesia bisa dilihat hingga generasi yang selanjutnya
dan bukan hanya sebagai omongan atau sejarah saja.
0 comments:
Post a Comment